JAKARTA – Gelombang PHK tengah menghantui sektor teknologi, sebut saja perusahaan Meta dan Twitter. Namun di tengah gelombang PHK, perusahaan hilirisasi nikel justru membuka lowongan pekerjaan.
Tercatat, Harita Nickel melalui unit bisnisnya PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) baru-baru ini membuka lebih dari 1.000 lowongan pekerjaan. Tak berlebihan, karena kebutuhan SDM untuk proyek smelter baru dan yang akan beroperasi nanti memang cukup besar.
Lantaran banyaknya tenaga kerja yang diserap, Harita Nickel bahkan menjadi kontributor terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Halmahera Selatan di bidang ketenagakerjaan.
Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Pemkab Halmahera Selatan Ardiani Radjiloen menyatakan, pihaknya memberi apresiasi tinggi bagi Harita Nickel atas kontribusi ketenagakerjaan tersebut.
“Saya sebagai Pemda Halsel dalam hal ini Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi Harita, karena PAD kami per 21 Oktober 2022 sudah melebihi target dan kontribusi terbesar dari Harita,” kata Ardiani dalam keterangannya Kamis (17/11/2022).
Lebih lanjut ia mengatakan, Pemda Halmahera Selatan selalu membuka ruang bagi perusahaan untuk bisa saling bersinergi dan berkolaborasi. Apalagi jika tujuannya adalah menekan jumlah pengangguran dan memberdayakan ekonomi masyarakat.
“Apa yang dilakukan Harita sangat mendukung program Pencaker (Pencari kerja) yang digaungkan Pemkab Halsel untuk mengurangi pengangguran dan menekan angka kemiskinan,” ujarnya.
Berdasarkan catatan, HJF merekrut 1.200 karyawan hingga September 2022 dan akan kembali merekrut 600 tenaga kerja baru lagi hingga akhir tahun ini. Dengan jumlah tersebut, pada tahun ini akan mencapai 1.800 serapan tenaga kerja baik skilled maupun non-skilled.
Harita Nickel bagian dari Harita Group yang beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Selain memiliki IUP Pertambangan, perusahaan sejak 2016 telah memiliki pabrik peleburan (smelter) nikel saprolit dan sejak 2021 juga memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (refinery) nikel limonit di wilayah operasional yang sama.
Kedua fasilitas tersebut hadir untuk mendukung amanat hilirisasi dari pemerintah Indonesia dengan memanfaatkan hasil tambang nikel dari Trimegah Bangun Persada (TBP) dan Gane Permai Sentosa (GPS).
Melalui Halmahera Persada Lygend (HPAL), Harita Nickel menjadi pionir di Indonesia dalam pengolahan dan pemurnian nikel limonit (kadar rendah) dengan teknologi High Pressure Acid Leach. Teknologi ini mampu mengolah nikel limonit yang selama ini tidak dimanfaatkan menjadi produk bernilai strategis, yaitu Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Dengan tahap proses berikutnya yang juga sedang dikembangkan oleh Harita Nickel, MHP akan diolah lebih lanjut menjadi Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sumber: Okezone