Suara.com – Kerusakan terumbu karang menjadi salah satu keprihatinan dunia. Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh hewan karang yang bersimbiosis dengan alga zooxanthellae. Terumbu karang memiliki peran penting sebagai habitat dan tempat pemijahan ikan dan biota laut lainnya, serta sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup di laut.
Terumbu karang dapat terdegradasi keberadaannya, baik akibat faktor alam maupun aktifitas yang merusak dalam memanfaatkan terumbu karang tersebut. Kerusakan terumbu karang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir, salah satunya mata pencaharian mereka sebagai nelayan tentunya akan terganggu akibat habitat ikan yang rusak.
Kepedulian akan hal tersebut membuat Harita Nickel, industri tambang dan hilirisasi nikel di Pulau Obi, terpanggil untuk menjaga kelestariannya. Harita menyadari bahwa terjaganya kehidupan dan biota laut di dalamnya sangat dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang.
Penanggung Jawab Teknis dan Lingkungan (PTL) perusahaan, Rico W Albert, mengatakan bahwa pihaknya sangat menyadari kondisi terumbu karang yang baik akan mampu menjaga kehidupan ikan karang dan biota laut lainnya. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat sekitar. “Kesadaran akan pentingnya manfaat terumbu karang bagi masyarakat pesisir menjadikan Harita Nickel memperkuat program pelestarian lingkungan dengan penempatan terumbu karang buatan di sekitar wilayah operasional di Pulau Obi,” katanya.
Penggunaan Kubus Berongga
Harita Nickel membuat terumbu karang buatan dari bahan yang aman bagi lingkungan laut berbentuk kubus berongga. Bentuk ini dipilih karena kemudahan sistem pengangkutan dan penempatannya. Kubus berongga tersebut disusun sesuai perencanaan dan diharapkan memiliki rongga yang cukup untuk rumah ikan.
Rumah karang model kubus ini diharapkan akan memudahkan masyarakat membuat terumbu buatan sejenis. Harita Nickel telah menempatkan sekitar 1000 buah kubus berongga. Ukurannya 40 x 40 x 40 cm dengan ukuran rongga didalamnya 20 x 20 x 20 cm.
Terumbu karang buatan ini ditempatkan di kedalaman laut yang bervariasi, yaitu 3 -5 meter, berdasarkan ukuran air surut terendah. Penempatannya dipilih di lokasi yang kondisi terumbu alaminya sudah terdegradasi atau relatif rusak atau lokasi yang tidak ada terumbu karangnya.
Sebelum ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan, tim pemantau laut Harita Nickel melakukan pengamatan kondisi lingkungan laut disekitarnya agar pertumbuhan karangnya optimal. Pemantauan pun rutin dilakukan untuk mengamati pertumbuhan karang di terumbu buatan.
Tumbuhkan Kesadaran Masyarakat dan Ajak Perguruan Tinggi
Untuk menjaga keberlangsungan habitat ikan karang dan biota laut ini, Harita Nickel juga ingin mengajak akademisi dan masyarakat di pantai barat Pulau Obi. Tujuannya agar semua pihak memiliki kesadaran sama tentang pentingnya terumbu karang.
“Dalam melaksanakan sejumlah program pemantauan dan perlindungan lingkungan, sejauh ini rencana program artificial reef kita melibatkan perguruan tinggi dan masyarakat, baik dalam pembuatan maupun pemantauannya belum terealisasi,” ujar Rico.
Dalam beberapa tahun mendatang, kubus-kubus berongga diharapkan bisa menjadi terumbu karang baru, yang dihuni ikan karang dan beragam biota lainnya. Pada saat bersamaan, masyarakat akan memperoleh manfaat ekonomis dan kemudahan memperoleh ikan karang dan biota lainnya.
Pemahaman yang diberikan kepada masyarakat tentang upaya pelestarian lingkungan tentunya akan terus berlanjut, termasuk juga upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan ekosistem laut di perairan Pulau Obi, bagi keberlangsungan alam dan manusia saat ini dan tahun-tahun mendatang.
Sumber: Suara