JAKARTA, investor.id – Perusahaan angkutan laut, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) bersiap melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebanyak-banyaknya dengan melepas 738 juta saham.
Jumlah saham yang dilepas itu sebanyak-banyaknya 16,26% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Dalam prospektus awal, Cakra Buana membuka harga penawaran Rp 100-110 per saham sehingga target dana yang ingin diraih Rp 73,8 miliar-Rp 81,18 miliar. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah RHB Sekuritas Indonesia.
Masa penawaran awal (bookbuilding) perseroan sudah berlangsung pada 13-16 Desember kemarin. Sedangkan tanggal efektfinya diperkirakan pada 26 Desember dan masa penawaran umum pada 28 Desember 2022-3 Januari 2023.
Pemegang saham Cakra Buana Resources Energi saat ini terdiri dari PT Omudas Investment Holdco 73%; PT Republik Capital Indonesia 13,50%; PT Bima Harsa Rahardja 4,50%; Herlienna Qisthi 9%.
Adapun pemegang saham pengendali dan pemilik manfaat CBRE adalah Suganto Gunawan melalui kepemilikan tidak langsung melalui PT Omudas Investment Holdco. Omudas Investmenst Holdco, 51% saham dipegang oleh Suganto Gunawan, dan 49% sisanya digenggam oleh Suminto Husin Giman.
Sementara itu, Suganto Gunawan menduduki posisi komisaris utama Cakra Buana Resources Energi. Sedangkan posisi direktur utama perseroan dijabat oleh Suminto Husin Giman.
Suganto Gunawan pernah menjabat sebagai komisaris independen PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) pada 2014-2021. Selain itu, di salah satu kursi komisaris CBRE diduduki oleh Suwito yang adalah presiden direktur dari Red Planet Indonesia. Suwito juga merupakan pemilik manfaat akhir dari pengendali PSKT, yakni PT Crio Indonesia. Crio mengempit 10% saham PSKT, sedangkan 40% digenggam oleh PT Basis Utama Prima, 30% oleh Moh ARP Mangkuningrat atau akrab dikenal dengan nama Arsjad Rasjid yang juga direktur utama PT Indika Energy Tbk (INDY), dan masyarakat 20%.
Lebih jauh, juga ada Rivolinggo Pamudji yang menjabat komisaris independen CBRE. Ia pun tercatat namanya sebagai direktur pengembangan usaha Red Planet Indonesia sejak 2020.
Bisnis
Dalam prospektusnya, manajemen CBRE menegaskan bahwa perseroan telah memiliki berbagai pengalaman dalam pengiriman barang menggunakan armada kapal bagi berbagai jenis pelanggan dari berbagai jenis industri yang dilakukan baik domestik maupun mancanegara dengan jenis jasa angkutan laut yang ditawarkannya yaitu charter menurut waktu, charter menurut perjalanan, dan pengelolaan kapal.
Pada tahun 2022, sebanyak 43,66% dari total pendapatan Cakra Buana didapatkan dari PT Halmahera Persada Lygend Rp 5,27 miliar. Berikut adalah informasi mengenai pelanggan yang berkontribusi lebih dari 10% atas terhadap pendapatan perseroan per 30 Juni 2022:
Sejak tahun 2016, sampai dengan saat ini perseroan telah melayani beberapa pelanggan secara langsung dan tidak langsung dengan latar belakang berbeda, mulai dari BUMN seperti PLN Batubara, Bukit Asam, dan Waskita, serta pihak swasta.
Perseroan memposisikan diri pada industri sebagai salah satu perusahaan angkutan laut domestik dan internasional yang fokus pada barang khusus seperti komoditas curah. Berdasarkan skala industri, terhitung dari besaran armada yang beroperasi, maka perseroan masuk dalam menengah. Persaingan dalam industri kapal cukup bersaing, namun barrier of entry pada industri cukup tinggi, dan diatur oleh regulator dengan difasilitasi asosiasi perusahaan perkapalan, sehingga kondisi persaingan cukup kondusif. Beberapa pesaing perseroan di antaranya PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk, dan PT Transcoal Pacific Tbk.
Sejak tahun 2016 sampai dengan prospektus diterbitkan, CBRE masih fokus pada industri pertambangan dan konstruksi sebagai prime cargo dengan tetap diversifikasi pada jenis kargo angkutan lainnya. Namun hingga saat ini, perseroan berfokus pada komoditi yang lebih stabil seperti batu bara dan nikel dengan wilayah pemasaran di seluruh Indonesia.
Perseroan merasa perkembangan industri tambang khususnya batu bara dan nikel di Indonesia akan berdampak secara positif terhadap keberlanjutan usaha perseroan.
Di tahun 2022, Indonesia menargetkan produksi batubara sebesar 663 juta ton, di mana sekitar 22% produksi ini, atau sekitar 119 juta digunakan untuk pemenuhan kebutuhan domestik, terutama untuk pembangkit listrik, sementara sisanya akan diekspor ke berbagai negara seperti China, India, dan lainnya yang mana ekspor batu bara seluruhnya dilakukan melalui laut. Oleh sebab itu, meningkatnya target produksi batu bara di tahun ini membuat industri pelayaran, khususnya perusahaan yang melayani pengapalan batu bara seperti perseroan akan terdampak secara positif ke depannya.
Sementara, perseroan memandang prospek usaha angkutan nikel ke depannya akan lebih positif. Perseroan akan berupaya untuk terus melakukan kegiatan pemasaran lebih efektif dalam rangka memfaatkan peluang usaha serta menemukan pelanggan potensial yang dapat menunjang prospek usaha lebih baik lagi ke depannya.
Sumber: Investor.id