Pertambangan

Mau Jadi Raja Baterai Mobil Listrik, Ini Kekayaan Nikel RI

Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk holding PT Indonesia Battery yang akan menjalankan bisnis baterai kendaraan listrik, mulai dari hulu sampai ke hilir, untuk mengolah kekayaan nikel bumi pertiwi.

CEO Holding BUMN Pertambangan MIND ID atau dulu bernama Inalum, Orias Petrus Moedak, mengatakan pembangunan pabrik baterai ini akan dipimpin Inalum melalui PT Aneka Tambang Tbk bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

“Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses. Itu nanti ada Indonesia Battery, itu holding company yang terlibat dalam pembuatan baterai dari hulu ke hilir,” jelasnya dalam sebuah diskusi pada Selasa (13/10/2020).

Lalu, apakah cadangan bijih nikel Indonesia cukup untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di masa mendatang? Bijih nikel merupakan bahan baku dari komponen baterai kendaraan listrik.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2019 dengan status hingga Desember 2018, cadangan kekayaan bijih nikel nasional mencapai 3,57 miliar ton terdiri dari cadangan terkira sebanyak 2,87 miliar ton dan 698 juta ton cadangan terbukti.

Sedangkan sumber daya nikel bahkan mencapai 9,31 miliar ton, terdiri dari sumber daya terukur 2,03 miliar ton, tertunjuk 2,68 miliar ton, tereka 4,29 miliar ton, dan hipotetik 294,9 juta ton.

Mulai awal 2020 ini pemerintah telah melarang ekspor bijih nikel dengan maksud penambang melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri terlebih dahulu, sehingga nilai ekspor memiliki nilai tambah dan bernilai jual lebih tinggi. Selain itu, penghentian ekspor bijih nikel juga dengan tujuan agar Indonesia memiliki cadangan yang cukup untuk membangun industri baterai kendaraan listrik.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, produksi olahan kekayaan nikel seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel pada 2019 mencapai 1,78 juta ton. Angka ini naik signifikan dibandingkan 2015 yang baru sebesar 358,5 ribu ton. Pada 2020 ini direncanakan naik menjadi 2,02 juta ton.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan mayoritas dari jumlah cadangan nikel yang mencapai 3,57 miliar ton tersebut merupakan bijih nikel berkadar rendah (limonite nickel). Nikel kadar rendah ini lah yang cocok diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Perlu diketahui, nikel kadar tinggi atau saprolite nickel memiliki kandungan nikel tinggi yakni 1,5%-2,5%. Sementara limonite memiliki kandungan lebih rendah dari 1,5%.

Sejumlah smelter nikel di dalam negeri saat ini cenderung mengambil nikel kadar tinggi. Agar nikel kadar rendah ini tidak terbuang sia-sia, maka menurutnya perlu pengolahan lebih lanjut.

Untuk memanfaatkan nikel kadar rendah ini, maka kini beberapa perusahaan tengah mengembangkan proses hydro metalurgi atau dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL). Pada akhirnya, produk dari smelter HPAL ini menurutnya bisa menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Kita harapkan ini bisa berkembang dengan baik, sehingga konsumsi nikel kadar rendah bisa bertambah dan mengimbangi konsumsi dari pabrik yang memakai nikel kadar tinggi,” ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini ada enam smelter HPAL yang tengah dalam proses pembangunan di Indonesia.

Enam smelter HPAL tersebut antara lain dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Legend, PT Adhikara Cipta Mulia, PT Smelter Nikel Indonesia, PT Vale Indonesia, PT Huayue, dan PT QMB. Selain smelter yang dibangun Vale, lima smelter lainnya ditargetkan mulai beroperasi pada 2021.

Dia mengatakan, rata-rata belanja modal per ton nikel sekitar US$ 19.000 per ton. Adapun total belanja modal atau investasi dari keenam smelter HPAL tersebut diperkirakan mencapai US$ 5,13 miliar atau sekitar Rp 75,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$)

Sumber: CNBC Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *