Jakarta, CNN Indonesia — Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif ojek online dinilai bisa menurunkan minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Padahal, kehadiran ojek online menjadi krusial untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi.
Ekonom Universitas Indonesia Fithra Hastiadi mengatakan ojek online sebenarnya berperan sebagai feeder yang menyambungkan masyarakat dengan transportasi publik.
“Kita lihat 40% lebih itu ojek online tujuannya atau destinasinya adalah ke stasiun atau ke terminal terdekat. Kalau kita lihat pembangunan masif LRT dan MRT itu sebenarnya kita masih butuh feeder. Ada potensi zero ridership nantinya,” ujar Fithra usai acara peluncuran hasil survei Rised di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/2).
Berdasarkan hasil survei Rised, 40,9 persen responden menggunakan ojek online sebagai transportasi untuk menuju ke sarana transportasi publik. Kenaikan tarif ojek online yang mengakibatkan keengganan publik untuk naik transportasi publik, akan berpengaruh pada minimnya pemanfaatan transportasi publik.
“Ekstremnya zero ridership ya, itu secara semantik artinya potensi bahwa MRT tidak akan terutilisasi dengan baik karena feeder-nya kurang, pemerintah belum punya feeder yang memadai,” ujar Fithra.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua tim peneliti Rised Rumayya Batubara mengapresiasi meningkatnya kualitas layanan transportasi publik.
Akan tetapi, patut diingat tidak semua masyarakat penikmat transportasi publik berdomisili di dekat stasiun atau terminal. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan feeder atau ojek online.
“Kami melihat transportasi publik yang disediakan pemerintah itu semakin beragam dan bagus. Tapi harus lihat desain tata kota, perumahan itu jauh dari stasiun. Justru keberadaan ojek online itu buat orang mau naik transportasi publik karena ojek online,” tutur Rumayya.
Berdasarkan hasil survei, 79,21 persen pengguna menggunakan ojek online untuk bertransportasi sejauh 0 sampai 10 kilometer per hari. Persentase ini menunjukkan ojek online digunakan untuk mengisi kebutuhan masyarakat dalam bermobilitas jarak pendek.
Dalam hal ini, ojek online mendukung konsumen agar terhubung dengan transportasi publik massal seperti MRT, LRT, atau Transjakarta. Sementara itu, yang menggunakan ojek online untuk rentang jarak 15 km hingga lebih dari 25 km per hari hanya 20,78 persen responden. (jnp/evn)
Sumber : CNN Indonesia